BUKAN TENTANG “GEN Z”, TAPI BAGAI MANA GEN DAN ZAT GIZI TERHADAP TERJADINYA SINDROM METABOLIK

 

Oleh : Yenita

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Helmizar,SKM,M.Biomed

Megister Ilmu Gizi, Universitas Andalas

 

 

Akhir-akhir ini kata “Sindrom metabolik” sering terdengar di telinga kita. Bahasa yang asing bagi masyarakat awam, tapi ternyata kondisi ini tidak asing bagi kita, bisa menjadi membahayakan semua orang. Sindrom metabolik adalah sekumpulan kondisi yang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan, yang meningkatkan risiko kegemukan (obesitas), Diabetes mellitus, dyslipidemia ( Kolesterol tinggi), hipertensi ( Tekanan darah tinggi), stroke, penyakit kardiovaskular ( Gangguan jantung dan pembuluh darah) dan kanker.

 

Kondisi metabolik syndrome itu karena keturunan dari orang tua ( faktor genetic) atau karena kebiasaan makan yang salah? Ternyata pertanyaan ini hampir sama dengan “ ayam duluan atau telur duluan”? Masalah gizi dan genetika saling berkaitan dalam mempengaruhi kesehatan. Gizi yang buruk dapat memperburuk kondisi genetik yang ada, sementara kondisi genetik tertentu dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap dampak negatif kekurangan atau kelebihan gizi.

 

Pada berbagai penelitian membuktikan bahwa kekurangan gizi dalam waktu panjang, terutama di awal kehidupan ( janin dan balita) juga dapat meningkatkan risiko sindrom metabolic dan penyakit kardiovaskular pada keturunannya saat dewasa. Coba perhatikan orang di lingkungan kita, seseorang yang waktu balita kurus atau kurang gizi, namun pada saat dewasa berubah drastis menjadi gemuk. Mengapa bisa begitu ya? Karena kondisi yang buruk selama dalam kandungan menyebabkan janin memperoleh metabolisme konservatif yang mungkin tidak sesuai dengan laju metabolisme setelah lahir ketika makanan yang cukup tersedia.

Zat Gizi yang dikonsumsi dapat memengaruhi cara gen diekspresikan (diaktifkan atau dinonaktifkan). Misalnya, kekurangan vitamin tertentu dapat memengaruhi fungsi gen yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan. Contoh dampak jangka panjang nutrisi dalam epigenetika adalah musim dingin kelaparan di Belanda pada tahun 1944 selama perang dunia kedua. Para wanita Belanda, termasuk bayi mereka yang baru lahir, menderita periode kekurangan gizi yang ekstrem selama enam bulan selama kehamilan. Setengah abad kemudian, anak-anak dan cucu menunjukkan dua kali lipat kejadian penyakit kardiovaskular, gangguan metabolisme, atau kanker. Malnutrisi dan kelaparan juga dapat mempengaruhi gen bawaan ibu dan ayah, bahkan dengan demetilasi terprogram.

Disisi lain studi membuktikan bahwa adanya hubungan yang tidak dapat disangkal antara gangguan metabolisme dan susunan genetik seseorang. Genetik memainkan peran dalam kecenderungan seseorang untuk mengalami obesitas dan sindrom metabolik. Namun, pilihan makanan dan gaya hidup, seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk, juga berkontribusi terhadap obesitas dan penyakit kronis terkait, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Pertanyaannya, apakah kelainan genetik bisa di perbaiki dengan makanan bergizi? Ya, masalah genetik pada penyakit metabolik memang dapat di perbaiki sebagian melalui intervensi gizi, terutama dalam hal mengelola gejala dan mencegah komplikasi. Perubahan gaya hidup dan pola makan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko dan gejala sindrom metabolik, terutama yang gdisebabkan oleh faktor lingkungan atau gaya hidup. Namun, jika sindrom metabolik memiliki dasar genetik yang kuat, mungkin tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tetapi dapat dikelola dengan baik melalui perawatan yang tepat.

Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan sesuai prinsip gizi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu mengelola sindrom metabolik dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Mengurangi asupan gula, lemak jenuh, dan garam, serta meningkatkan konsumsi serat, buah-buahan, dan sayuran dapat membantu mengontrol berat badan, tekanan darah, dan kadar kolesterol, yang merupakan komponen penting dari sindrom metabolic.

Jadi Gen dan gizi sangat menentukan status kesehatan kita, salah satunya untuk mengendalikan sindrom metabolic. Kita semua harus terus belajar dan peduli dengan masalah kesehatan, terutama Gen Z ...Semangaat !!!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama